SEJARAH KESEHATAN MASYARAKAT ZAMAN RASULULLAH
Tindakan Preventif Rasulullah
Tindakan preventif atau pencegahan dikenal dua jenis : Pencegahan dari hal-hal yang dapat menimbulkan sakit, atau dari hal-hal yang memperparah penyakit yang sudah ada sehingga setidaknya penyakitnya tidak bertambah.
Cara pertama disebut pencegahan penyakit bagi orang sehat. Yang kedua, tindakan preventif bagi orang sakit.
Dalam sebuah hadist yang terpelihara/dihafal, diriwayatkan bahwa Rasulullah bersabda :
“Sesungguhnya apabila Allah mencintai seorang hamba, Allah akan memelihara dirinya dari bahaya dunia sebagaimana salah seorang kalian memelihara orang yang sakit dari makanan dan minuman”.
Dalam lafal lain disebutkan :
“Sesungguhnya Allah melindungi hambanya yang beriman dari bahaya dunia”.
Adapun hadits yang beredar dari mulut ke mulut dari kalangan banyak orang.
“Pencegahan adalah inti pengobatan, dan lambung adalah sarang penyakit, biasakanlah tubuh melakukan setiap hal yang biasa dilakukannya.
Pencegahan atau tindakan preventif menurut para pakar medis bila dilakukan terhadap orang yang sehat sama pentingnya dengan proses menghilangkan zat berbahaya dari orang sakit atau orang yang baru sembuh dari sakit.
Harus diketahui bahwa ketika Nabi melarang Ali untuk melarang makan buah kurma yang masih tergantung ditandannya saat ia baru sembuh dari sakit, itu cara adaptasi terbaik. Karena trauma yang masih berada ditangkai adalah buah kurma yang biasanya sengaja digantung dirumah untuk dimakan.
Sementara kurma basah memiliki sifat khusus semacam ‘zat pemberat’ bagi lambung yang menyebabkan lambung menjadi sibuk mengantisipasi dan mengatasinya sehingga tidak sempat melakukan pembersihan terhadap sisa penyakit dan berbagai efek buruknya.
Islam mengajarkan umatnya untuk senantiasa menjaga kebersihan, baik diri sendiri maupun lingkungan sekitarnya. Rasulullah SAW bersabda, "Kebersihan itu adalah sebagian daripada iman." Jika kebersihan diri dan lingkungan sudah terjaga, tentu kesehatan akan diperoleh.
Dalam ajaran Islam, menjaga kebersihan diri dapat dilakukan dengan cara selalu menyucikan diri setiap kali selesai berha-das besar ataupun kecil, berwudhu setiap kali akan melaksanakan shalat, dan mandi. Sementara itu, kebersihan lingkungan di antaranya dapat dilakukan dengan tidak membuang sampah di sembarang tempat.Jalaluddin Al-Suyuti memberi penjelasan dalam kitabnya yang bertajuk Mukhtashar al-Tibb al-Nabawi. Menurutnya, selain menjaga kebersihan, Rasulullah SAW juga telah mencontohkan upaya-upaya lainnya dalam menjaga kesehatan. Upaya tersebut, dalam dunia kesehatan modern saat ini, disebut sebagai tindakan pencegahan (preventif). Al-Suyuti menguraikan langkah preventif yang dicontohkan Rasulullah SAW, seperti me-ngonsumi makanan yang halal, berolahraga, dan kontrol diet untuk mencegah berat badan.
Selain ilmu mengenai kesehatan umum, peradaban Islam juga telah mengenal ilmu kedokteran. Sejak zaman Rasulullah SAW, ilmu kedokteran merupakan ilmu yang dipelajari dengan seksama. Haris bin Kaladah adalah seorang dokter zaman jahiliyah yang masih hidup pada zaman Nabi SAW. Walaupun ia bukan seorang Muslim, Nabi SAW menyuruh kaum Muslim yang sakit untuk berobat kepadanya. Putranya, Nadar bin Haris bin Kaladah, juga menjadi dokter yang terkenal.Dokter Muslim pertama yang menulis buku adalah Ali at-Tabari. Dia adalah dokter Suriah yang masuk Islam pada tahun 855 dan merupakan dokter pribadi Khalifah al-Mutawakkil. Dia menulis buku kedokteran pertama dalam bahasa Arab, yaitu Firdaus al-Hikmah. Buku ini berisi ilmu kedokteran dalam kerangka pikir Yunani dan India.
Abu Bakar Muhammad bin Zakaria ar-Razi (Rhazes), seorang dokter dan ahli kimia serta filsafat, telah menulis dua ratus judul buku mengenai kedokteran. Di antaranya adalah al-Mansuri (diterjemahkan menjadi Liber Almansoris pada abad ke-15) terdiri atas 10 jilid dan al-Judari wa al-Hasbah (Penyakit Cacar dan Campak).Dokter terbesar dalam sejarah Islam adalah Ibnu Sina yang juga seorang filsuf besar. Dia digelari Medicorum Principal alias Raja Diraja Dokter oleh tradisi kedokteran Eropa klasik. Ibnu Sina menulis banyak buku tentang kedokteran, seperti al-Qanun fi at-Tibb (Prinsip-prinsip Kedokteran).Tokoh kedokteran Muslim lainnya adalah Abul Qasim az-Zahrawi al-Qurtubi (936-1013) yang dikenal di Eropa sebagai Abulcasis. Dia adalah ahli bedah dan dokter gigi Muslim berkebangsaan Spanyol pada masa pemerintahan Abdurrahman III (890-961). Dia menulis sebuah ensiklopedi berjudul at-Tasrifli Man Arjaza an at-Talif. Jilid terakhir dari ensiklopedi ini menerangkan dengan jelas diagram dua ratus macam alat bedah.Sementara itu, Ibnu Rusyd yang dikenal sebagai Averoes di Barat (1126-1198) merupakan perintis ilmu jaringan tubuh (his-tologi). Karyanya berjudul al-Kulliyyat fi at-Tibb (Kedokteran Umum). Dalam buku ini, dijelaskan bahwa seseorang tidak akan terjangkit penyakit cacar dua kali. Ia juga menjelaskan fungsi retina.
Abu Bakar Muhammad bin Zakaria ar-Razi (Rhazes), seorang dokter dan ahli kimia serta filsafat, telah menulis dua ratus judul buku mengenai kedokteran. Di antaranya adalah al-Mansuri (diterjemahkan menjadi Liber Almansoris pada abad ke-15) terdiri atas 10 jilid dan al-Judari wa al-Hasbah (Penyakit Cacar dan Campak).Dokter terbesar dalam sejarah Islam adalah Ibnu Sina yang juga seorang filsuf besar. Dia digelari Medicorum Principal alias Raja Diraja Dokter oleh tradisi kedokteran Eropa klasik. Ibnu Sina menulis banyak buku tentang kedokteran, seperti al-Qanun fi at-Tibb (Prinsip-prinsip Kedokteran).Tokoh kedokteran Muslim lainnya adalah Abul Qasim az-Zahrawi al-Qurtubi (936-1013) yang dikenal di Eropa sebagai Abulcasis. Dia adalah ahli bedah dan dokter gigi Muslim berkebangsaan Spanyol pada masa pemerintahan Abdurrahman III (890-961). Dia menulis sebuah ensiklopedi berjudul at-Tasrifli Man Arjaza an at-Talif. Jilid terakhir dari ensiklopedi ini menerangkan dengan jelas diagram dua ratus macam alat bedah.Sementara itu, Ibnu Rusyd yang dikenal sebagai Averoes di Barat (1126-1198) merupakan perintis ilmu jaringan tubuh (his-tologi). Karyanya berjudul al-Kulliyyat fi at-Tibb (Kedokteran Umum). Dalam buku ini, dijelaskan bahwa seseorang tidak akan terjangkit penyakit cacar dua kali. Ia juga menjelaskan fungsi retina.
Dalam sejarah pernah ada suatu masa, dimana dokter tidak laku!
Suatu ketika Rasulullah SAW, pernah dihadiahi seorang dokter oleh gubernur Romawi yang berkuasa di Mesir. Seminggu pertama telah berjalan, dokter ini tidak mempunyai pasien. Dalam benak sang dokter ini, dia menduga mungkin dirinya belum di kenal secara luas di masyarakat Madinah waktu itu. Dia bersabar menunggu waktu barang satu bulan. Ternyata keadaannya sama, hampir dikatakan tidak ada pasien yang datang berobat kepadanya. Sang dokter ini mencoba bersabar lagi siapa tahu setelah satu bulan hingga menginjak bulan ke dua juga menjumpai banyak pasien sebagaimana yang dia alami di daerah-daerah lain sebelumnya ketika melakukan praktik kedokteran. Ternyata juga mengejutkan hampir dikatakan tidak ada pasien yang berobat padanya. Tiga bulan sudah, sang dokter harus banyak menganggur karena tidak ada pekerjaan yang berarti yang dapat dia lakukan sebagai seorang dokter. Bahkan Rasulullah SAW, seorang pemimpin negara Madinah, orang yang beliau “kawal” kesehatannya pun tidak sakit sama sekali dalam masa tiga bulan, waktu yang dibutuhkan sang dokter untuk merasa tersiksa karena mendapatkan “status pengangguran intelektual”.
Apa Rahasianya hingga dokter “tidak laku”?
Hal ini sudah terjawab di akhir masa tugas sang dokter yang bertanya kepada Rasulullah SAW “apa rahasia yang menyebabkan kalian ini suatu kaum yang hampir dikatakan tidak pernah sakit?” kemudian Rasulullah SAW menjawab “kami adalah suatu kaum yang tidak makan sebelum kami lapar dan berhenti makan sebelum kami kenyang”.
Peluang olah raga terbuka sangat lebar bagi setiap orang
Pada waktu itu teknologi transportasi belum secanggih sekarang. Transportasi saat itu yang utama adalah kuda dan unta. Dapat dikatakan dengan keadaan seperti itu kecelakaan relatif sedikit dan tidak sehebat dampaknya seperti yang dialami sekarang. Karena transportasi yang “tidak nyaman” seperti kuda, membuat si pengendara harus “ikut menaik dan menurunkan” badan agar bagian vitalnya tidak “terbentur-bentur” punggung kuda. Berarti orang yang menunggang kuda termasuk berolah-raga. Seperti yang pernah diceritakan seorang teman kepada saya. Kata beliau, menunggang kuda selama satu jam itu sama capeknya dengan olah raga jogging selama satu jam. Dapat dikatakan dengan kondisi masyarakat seperti itu, cukup waktu dan dosis olah raga yang membuat seseorang menjadi bugar dan lebih tanggap dalam menyelesaikan tugas-tugas harian dalam pekerjaan.
Modal sosial yang luar biasa hebatnya.
Cerita berikut menunjukkan betapa modal sosial masyarakat waktu itu demikian spektakuler.
Suatu ketika Ubaidah bin Shamit menerima hadiah, dan beliau memiliki keluarga sebanyak 12 orang. Kemudian sahabat Ubaidah berkata, pergilah kalian dengan hadiah ini kepada keluarga fulan, karena mereka lebih membutuhkan hadiah ini daripada saya. Kemudian Wahid bin Ubadah membawa hadiah ini kepada keluarga lain. Akan tetapi, ketika ia telah sampai pada keluarga tersebut, mereka mengatakan hal yang sama. Begitu seterusnya, akhirnya hadiah itu kembali pada keluarga Ubadah sebelum waktu subuh. Dalam riwayat lain, khalifah Umar ra, pernah mendapatkan hadiah dari gubernur di Azerbaijan, Utbah bin Farqad. Kemudian utusan itu ditanya oleh khalifah: ”Apakah semua masyarakat di sana menikmati makanan ini?” Utusan itu menjawab : ”Tidak wahai Amirul Mukminin, ini adalah makanan khusus”. Khalifah berkata: ”Bawalah hadiah ini, kembalikan kepada pemiliknya, dan katakan padanya, ’Bertakwalah kepada Allah, kenyangkanlah kaum Muslimin dengan makanan yang engkau makan hingga kenyang.
Apa kaitannya modal sosial dengan kesehatan
Sejenak kita buka sebentar teori mengenai apa modal sosial itu. Intinya modal sosial tersusun atas tiga atribut modal sosial yaitu, elemen kepercayaan (trust), kemudian jejaring (network) dan yang ketiga adalah norma sosial pertukaran (reciprocity). Rasa percaya (trust) didasari pada sebuah rasa keyakinan bahwa orang lain akan memberikan respons seperti yang diharapkan dan akan bekerja dalam cara yang saling mendukung dan menguntungkan (reciprocity), atau sedikitnya tidak akan berniat membahayakan orang lain. Untuk networking bisa bersifat berbentuk social organization misalnya dalam bentuk kegiatan posyandu, PKK, pengajian dan social network dengan bentuk rumit hubungan antar orang dalam sebuah komunitas. Rumit mencerna ya? Lebih mudahnya saya tampilkan ilustrasi berikut
Sebuah komunitas di Amerika Serikat sebagaimana diceritakan oleh Malcolm Gladwell dalam bukunya Outlie bisa menggambarkan bagaimana modal sosial itu berfungsi. Komunitas yang diceritakan oleh Gladwell ini adalah sebuah kota kecil Roseto yang hampir sebagian besar warganya berasal dari Italia terletak di sebuah perbukitan Pensylvania. Yang menarik mengenai kota Roseto dibandingkan komunitas-komunitas kota lain di Amerika adalah angka kejadian penyakit jantung koroner sangat rendah. Padahal menurut pengamatan Wolf, dokter ahli digestif yang diceritakan Gladwell, perilaku yang ditunjukkan warga Roseto sama dengan perilaku warga kota-kota lain. Proporsi obesitas, perokok berat dan makan dengan komposisi lemak tidak ideal lebih sering dijumpai di kota Roseto ini. Wolf, heran dengan fenomena yang dia amati. Apa yang membedakan Roseto dengan komunitas kota-kota lain di Amerika yang menyebabkan kejadian penyakit jantung koroner sangat rendah?
Rahasianya ada di dalam kota Roseto sendiri! Yaitu modal sosial yang tinggi. Warga Roseto saling berkunjung satu sama lain, berhenti mengobrol dalam bahasa Italia di jalan atau memasak untuk tetangganya di halaman belakang rumahnya. Wolf lebih lanjut mengamati, banyak rumah yang ditinggali tiga generasi keluarga dan sangat hormat kepada para kakek dan nenek. Kota Roseto ini sangat religius, bagaimana gereja benar-benar menjadi pemersatu yang luar biasa. Kota pada tahun pengamatan Wolf ini berpenduduk dua ribu orang mempunyai 22 organisasi sosial. Budaya egaliter sangat mewarnai interaksi sosial antar warga, sehingga orang kaya tidak bernafsu untuk memamerkan kekayaannya bahkan lebih berambisi menolong orang-orang yang tidak mampu. Saat pertama kali melihat komunitas ini, Wolf melihat makanan dimakan orang-orang sebanyak tiga generasi di sebuah rumah, dijumpai berbagai toko kue dan roti, orang berjalan-jalan, duduk di beranda dan bercakap-cakap antara satu dengan yang lain, pabrik pakaian tempat para wanita bekerja sementara para lelaki bekerja di pabrik batu sabak.
Ternyata secara sosial komunitas di zaman Rasulullah SAW di Madinah tidak berbeda jauh dengan apa yang diceritakan Malcolm Gladwell, bahkan itsar (altruisme) yaitu mementingkan orang lain walaupun seseorang ini sangat membutuhkan menjadi hal yang lazim di komunitas kota Madinah. Bila memasak dan aroma masakan tercium sampai tetangga, mereka memperbanyak kuah agar bisa dibagikan. Saling berbagi hadiah dengan tetangga adalah hal lumrah, bahkan sehari lima kali para warga saling bersosialisasi lewat sholat lima waktu. Dapat dikatakan masyarakat Madinah mempunyai modal sosial yang sangat tinggi. Sehingga dapat dikatakan ada dua profesi yang bakal “bangkrut” pada komunitas seperti Madinah, yaitu profesi dokter dan pengacara. Karena “tidak ada” orang yang sakit dan “tidak ada” orang yang saling tuntut, karena masing-masing saling menghargai dan saling mengerti hak dan kewajiban.
Kondisi spiritual yang prima
Tidak dapat dibantah lagi, kondisi spiritual para sahabat dan warga Madinah umumnya saat itu berada dalam kondisi yang sangat prima. Dicontohkan oleh Rasulullah SAW sendiri setiap hari selalu melakukan sholat tahajud di luar sholat wajib lima waktu. Banyak berpuasa, banyak berdzikir, dan tawakal mengikuti setiap urusan yang sudah diusakan secara maksimal. Dan saat ini telah terkumpul banyak bukti yang menghubungkan komitmen pada nilai-nilai spiritual dengan baiknya status kesehatan.
MENELADANI POLA HIDUP SEHAT ALA RASULULLAH
Salah satu sisi kehidupan yang patut diteladani dari pribadi Rasulullah adalah pola hidup sehat. Pendekatan yang digunakan Rasulullah adalah pola preventif yang sejalan dengan disiplin ilmu kesehatan masyarakat. “Kesehatan merupakan salah satu hak bagi tubuh manusia” demikian sabda Nabi Muhammad SAW.
Perihal kesehatan dan masalah penyakit telah disebutkan dalam Al Quran. Pada surah Yunus: 57 disebutkan, ”Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Tuhanmu dan penyembuh-penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan petunjuk dan rahmat bagi orang-orangnya yang beriman” (QS:Yunus 57).
Sehat ala Rasulullah
Berdasarkan sejarah hidup Rasulullah, tercatat hanya dua kali menderita sakit yakni setelah menerima wahyu pertama di Gua Hira. Saat itu tubuh Rasulullah mendadak demam karena mengalami ketakutan yang amat sangat. Sedang peristiwa sakit yang kedua Rasulullah pada saat menjelang meninggalnya. Fakta ini mengindikasikan bahwa Rasulullah memiliki ketahanan fisik yang luar biasa. Sementara kondisi alam di Jazirah Arab ketika itu sangat keras, tandus, panas di siang hari dan dingin di malam hari.
Dalam Shahih Bukhari, terdapat 80 hadits yang membicarakan masalah kesehatan pribadi Rasulullah. Belum lagi yang dibahas pada kitab Shahih lainnya seperti Shahih Muslim, Abu Dawud, Tirmidzi, Baihaqi, dan Shahih Ahmad. Rasulullah dalam hidupnya sangat peduli pada kesehatan, baik kesehatan dirinya maupun kesehatan pada umatnya. Ajarannya pada aspek kesehatan menekankan pada pola pencegahan daripada pengobatan.
Ada dua pola hidup sehat yang menonjol dan relevan dengan disiplin ilmu kesehatan masyarakat yakni kesehatan individu dan masalah pengaturan gizi kesehatan. Pada aspek kesehatan individu, Rasulullah senantiasa menjaga kebersihan dirinya seperti rajin memotong kuku, mencuci dan memotong rambut serta menggosok gigi. Kegiatan memotong kuku dan rambut dilakukan setiap hari kamis atau hari jumat setiap pekan
Hal lainnya terkait dengan kesehatan individu Rasulullah adalah membatasi makanan didalam perut. Rasulullah menganjurkan umatnya agar menyediakan ruang di dalam perut untuk tiga hal yakni udara, air dan makanan. Ketiganya harus diisi secara seimbang masing-masing sekitar sepertiga isi perut. Sebagaimana Sabda Rasul: “Kami adalah sebuah kaum yang tidak makan sebelum lapar dan bila kami makan tidak terlalu banyak (tidak sampai kekenyangan)”.
Pada aspek pengendalian gizi, Rasulullah selalu menjaga makanan yang dikonsumsinya. Dalam hidupnya Rasulullah kerap mengonsumsi kurma baik kurma kering maupun kurma basah. Anjuran mengonsumsi kurma beberapa kali disebutkan dalam Al-Quran, seperti pada Surat Ar-Ra’du: 4, “Dan di bumi ini terdapat bagian-bagian yang berdampingan, dan kebun-kebun anggur, tanam-tanaman dan pohon kurma yang bercabang dan tidak bercabang, disirami dengan air yang sama. Kami melebihkan sebagian tanam-tanaman di atas sebagian yang lain tentang rasanya. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi kaum yang berpikir” dan Surat Qaaf: 10, “Dan pohon kurma yang tinggi-tinggi yang mempunyai mayang yang bersusun-susun.”
Menyangkut keajaiban kurma, Rasulullah bersabda sebagaimana diriwayatkan abu Daud dan Tirmidzi. Dari Anas r.a., “Rasulullah SAW. berbuka puasa sebelum shalat dengan memakan kurma segar, kalau tidak ada maka dengan kurma kering, dan kalau tidak ada beliau meminum beberapa teguk air.”
Bila dilakukan penimbangan atas tujuh buah kurma (100 gram) yang diserukan dalam hadis, ternyata didalamnya mengandung gula (75,00 gram), air (22,50 gram), protein (2,50 gram), lemak (2,50 gram), serat selullosa (4,00 gram) serta vitamin A, B-1 dan B-2. Sedang kandungan mineral pada tujuh kurma masing-masing: Potasium (79 miligram), Tembaga (21 miligram), Belerang (65 miligram), Besi (5 miligram), Magnesium (65 miligram), Mangan (2 miligram), Kalsium (65 miligram) dan Fosfor (72 gram). Intinya, 100 gram (7 kurma) dapat memberikan lebih dari 350 energi bagi tubuh manusia.
Para ahli kesehatan juga sepakat mengungkapkan adanya asam amino pada kurma, seperti glutathione sebagai antioksidan. Setelah diteliti secara ilmiah, kurma memiliki semua unsur makanan pokok yang dibutuhkan oleh tubuh seperti protein, mineral, gula dan vitamin.
Seorang dokter muslim bernama Muhammad An_nasami dalam bukunya “Ath-Thibb an-Nabawy wal ‘Ilmil Hadis” (Pengobatan Ala Nabi dan Ilmu Modern) mengatakan secara kedokteran, perempuan hamil yang akan melahirkan itu sangat membutuhkan makanan dan minuman yang kaya akan unsur gula, hal ini karena banyaknya kontraksi otot-otot rahim ketika akan mengeluarkan jabang bayi, terlebih lagi apabila hal itu membutuhkan waktu yang lama. Kandungan gula dan vitamin B1 sangat membantu untuk mengontrol laju gerak rahim dan menambah masa sistolennya (kontraksi jantung ketika darah dipompa ke pembuluh nadi). Dan kedua unsur itu banyak terkandung dalam ruthab (kurma basah). Kandungan gula dalam ruthab sangat mudah untuk dicerna dengan cepat oleh tubuh.
Pola Hidup
Pola hidup sehat ala Rasulullah berpusat pada pengendalian gizi/makanan. Makanan yang masuk ke mulut Rasulullah terseleksi secara ketat, baik kehalalannya maupun kebaikannya. Ukuran kehalalan menyangkut cara mendapatkannya secara halal (legal) dan berkaitan dengan urusan akhirat. Sedangkan kebaikan (thayyib) berkaitan dengan urusan duniawi berupa makanan yang bergizi untuk dikonsumsi. Makanan yang kerap dikonsumsi Rasul adalah madu untuk membersihkan pencernaan. Sebagaimana hadits Nabi, “Hendaknya kalian menggunakan dua macam obat, yakni madu dan Al Quran” (HR Ibnu Majah dan Hakim).
Pola hidup sehat lainnya ala Rasulullah adalah berhenti makan sebelum kenyang dan tidak makan sebelum lapar. Rasulullah sangat peduli atas kandungan perut yang terdiri atas zat padat, zat cair dan zat gas. Hadis nabi berbunyi, ”Anak Adam tidak memenuhkan suatu tempat yang lebih jelek dari perutnya. Cukuplah bagi mereka beberapa suap yang dapat memfungsikan tubuhnya. Kalau tidak ditemukan jalan lain, maka (ia dapat mengisi perutnya) dengan sepertiga untuk makanan, sepertiga untuk minuman, dan sepertiganya lagi untuk pernafasan” (HR Ibnu Majah dan Ibnu Hibban).
Mengatur pola tidur adalah kunci hidup sehat ala Rasulullah yakni cepat tidur malam hari dan cepat bangun pada dinihari. Biasanya Rasulullah tidur selepas Shalat Isya untuk kemudian bangun paa sepertiga malam untuk shalat lail. Lamanya waktu tidur tidak melebihi kebutuhan, demikian pula pada saat ingin tidur tidak menahannya. Cara tidur Rasulullah memiringkan tubuh kearah kanan sambil berzikir hingga matanya terasa berat dan akhirnya tertidur. Kadang badan Rasulullah dimiringkan ke kiri sebentar, lalu kembali miring ke sebelah kanan. Model tidur seperti ini sangat baik untuk kesehatan karena merupakan posisi yang pas dengan lambung sehingga makanan mengendap secara proporsional. Ketika beralih ke sebelah kiri sebentar maka proses pencernaan makanan lebih cepat karena lambung mengarah ke lever, baru kemudian berbalik lagi ke kanan hingga akhir tidur agar makanan lebih cepat tersuplai dari lambung (Al Jauziyyah 2004). Ketika bangun tidur, Rasulullah langsung bersiwak (sikat gigi), lalu berwudhu dan shalat.
Tuntutan Rasulullah dalam pola hidup sehat adalah kebiasaannya menjalankan puasa sunnah diluar bulan Ramadhan. Beberapa puasa sunnah yang dianjurkan oleh Rasulullah adalah puasapaa hari senin dan kamis, puasa enam bulan pada bulan Syawal, dan sebagainya. Berpuasa adalah tameng sederhana dan efektif bagi diri pribadi agar terhindar dari berbagai macam penyakit jasmani dan rohani. Pada sisi kesehatan jasmani, berpuasa dapat menjaga organ tubuh dan stamina tubuh agar tetap berenergi serta sarana pembersihan racun (detoksifikasi) secara total dalam tubuh.
Pola hidup Rasulullah yang terkait dengan kesehatan, sebagian besar bersifat preventif. Karena itu, anjuran bersuci, berkhitan, dan senyum semuanya bertendensi pada kesehatan individu yang bermuara para umat Muslim yang sehat jasmani dan rohani.
RASULULLAH DALAM MENJAGA KESEHATAN
Allah membimbing para hambaNya untuk mengonsumsi makann dan minuman untuk dapat mengolah tubuh menjadi prima, untuk mengganti unsur-unsur yang hilang karena proses pembakaran dan kontaminasi alami, tentunya sesuai dengan kadar yang dibutuhkan oleh tubuh manusia itu sendiri, baik dari sisi kualitas, maupun kuantitas makanan dan minuman yang dikonsumsi. Kalau melebihi takaran, berarti berlebih-lebihan. Semua itu merupakan pelajaran yang bisa dipetik dari firman Allah, “Makan dan minumlah tetapi jangan berlebih-lebihan….”
Siapa saja yang menyalami petunjuk Nabi, pasti akan dia dapatkan petunjuk Nabi itu sebagai petunjuk yang paling utama yang dapat digunakan untuk menjaga kesehatan. Karena penjagaan kesehatan tergantung pada penjagaan makan, minum, pakaian, tempat tinggal, udara, tidur, waktu terjaga, waku beraktifitas, waktu istirahat, berhubungan seks, buang air dan perawatan tubuh.
Karena kesehatan adalah kenikmatan Allah SWT yang terbesar bagi hambanya, karunia Allah yang paling berharga, pemberian Allah yang tinggi nilainya, bahkan kesehatan dan keselamatan secara mutlak lebih besar dari seluruh kenikmatan lain, maka orang yang mendapatkan taufiq dari Allah SWT niscaya akan berusaha menjaga kesehatan tubuhnya dan memeliharanya dari segala hal yang dapat mengganggu kesehatannya.
Demikianlah persoalan kesehatan dan keselamatan menurut petunjuk Nabi, bagaimana beliau menjaga keduanya, sehingga menjadi jelas bagi siapa saja yang menelitinya bahwa Allah menyempurnakan petunjuk secar mutlak. Yang dengan cara itu, seorang hamba akan memperoleh kesehatn jasamani maupun rohani. Hanya kepada Allah kita memohon pertolongan, dan hanya kepadaNya kita bersandar.
Adapun makanan dan minuman, bukanlah termasuk kebiasaan Nabi untuk menahan diri mengonsumsi satu jenis makanan saja, tanpa mengonsumsi jenis makanan lain. Karena secara alami kebiasaan itu justru membahayakan. Terkadang bisa saja ia tidak bisa menyantap makanan yang ia sukai, sementara ia tidak mengonsumsi makanan lain, maka tubuhnya akan menjadi lemah atau bahkan bisa mati. Kalau ia memaksa untuk memakan makanan lain, tubuhnya secara alami tidak bisa menerimanya sama sekali, sehingga justru bisa membahayakan. Kebiasaan memakan satu jenis makanan saja, meskipun itu makanan terbaik, tetap akan berbahaya.
Beliau terbiasa mengonsumsi seluruh makanan yang biasa dimakan dinegerinya, baik itu daging, buah-buahan, atau makanan lainnya. Kalau beliau tidak menyukai satu jenis makanan, beliau tidak akan menyantapnya namun tidak menunjukkan ketidaksenangan beliau terhadap makanan tersebut. Ini merupakan sebuah kaidah yang amat penting dalam upaya menjaga kesehatan.
Beliau biasa menyantap buah-buahan dari negeri beliau sendiri yang baru dipetik, tidak pernah menghindarinya. Dan itu termasuk kiat menjaga kesehatan yang terbaik yang bisa dirasakan manfaatnya secara langsung.
Sesungguhnya Allah SWT dengan kebijaksanaannya menciptakan pada setiap negeri jenis buah-buahan yang dapat menberikan manfaat kepada penduduknya ketika tiba musim panennya. Mengonsumsi buah-buahan semacam itu termasuk salah satu faktor menjaga kesehatan dan kestabilan tubuh, lebih dari manfaat obat-obatan. Jarang sekali orang yang menghindari buah-buahan dinegerinya sendiri karena takut sakit, terkecuali kalau tubuhnya sudah sakit parah sekali, orang yang amat tidak sehat dan kurang staminanya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar