Epidemiologi Deskriptif STROKE -____-


Epidemiologi STROKE
Badan Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan sekitar 15 juta orang terserang stroke setiap tahunnya. Stroke merupakan penyebab kematian utama urutan kedua pada kelompok usia diatas 60 tahun dan urutan kelima penyebab kematian pada kelompok usia 15-59 tahun.
Di Negara-negara maju, insidensi stroke cenderung mengalami penurunan setiap tahunnya. Kondisi ini antara lain disebabkan oleh pembatasan peredaran rokok melalui penigkatan bea cukai rokok, serta peningkatan kepatuhan penderita hipertensi mengontrol tekanan darahnya. Meskipun demikian, prevalensi (jumlah kasus lama dan baru) penderita stroke terus bertambah seiring meningkatnya usia harapan hidup di negara maju.
Sementara itu, di Negara-negara miskin dan berkembang seperti Indonesia, insidensi stroke cenderung meningkat setiap tahunnya meskipun sulit mendapatkan data yang akurat. Fenomena peningkatan insidensi stroke di Negara miskin dan berkembang disebabkan oleh beberapa alasan, diantaranya :
a.      Minimnya askes dan pemanfaatan jaminan pelayanan kesehatan;
b.      Rendahnya kepatuhan berobat secara teratur penderita penyakit kronis seperti hipertensi, DM tipe 2, penyakit dan kelainan irama jantung dsb;
c.       Pola hidup yang tidak sehat, seperti kebiasaan merokok, mengonsumsi alkohol, maupun makanan cepat saji yang tinggi kadar kalori, garam, dan lemak yang berdampak buruk bagi kesehatan;
d.      Minimnya komunikasi, informasi, dan edukasi mengenai stroke yang dilakukan pemerintah dan institusi kesehatan bagi masyarakat;
e.      Lemahnya kontrol pemerintah atas peredaran dan pembatasan usia merokok, yang tercermin dari masih rendahnya bea cukai tembakau.
Guna meningkatkan kesadaran masyarakat di seluruh duia terkait pencegahan, pengobatan dan bahaya stroke, pada tanggl 29 Oktober diperingati sebagai HARI STROKE SEDUNIA.

KASUS STROKE YANG DIKAJI SECARA EPIDEMIOLOGI DESKRIPTIF
FAKTOR RISIKO STROKE
Meskipun stroke bisa menyerang segala usia, beberapa penelitian menunjukkan bahwa beberapa orang lebih rentan terserang penyakit yang berpotensi mematikan dan menimbulkan kecacatan menetap ini.
Ada beberapa faktor risiko yang menyebabkan seseorang lebih rentan terserang stroke disbanding yang lainnya. Factor risiko tersebut dapat dikelompokkan menjadi dua. Pertama, faktor risiko stroke yang tidak dapat diubah yakni usia, jenis kelamin, riwayat keluarga, rasa tau etnik. Kedua, faktor risiko stroke yang dapat diubah yakni hipertensi, kebiasaan merokok, penyakit dan kelainan irama jantung, dan DM tipe 2.
Upaya peningkatan kualitas komunikasi, penyebaran informasi, dan edukasi tentang beberapa faktor stroke bagi masyarakat oleh pemerintah dan para pemangku kepentingan dibidang kesehatan amat diperlukan guna menekan insidensi stroke, maupun terjadinya stroke yang berulang. 
FAKTOR RISIKO STROKE YANG TIDAK DAPAT DIUBAH
a.      USIA
Meskipun stroke dapat menyerang segala usia, diketahui bahwa mereka yang berusia lanjut lebih berisiko terserang penyakit dan berpotensi mematikan dan menimbulkan kecacatan menetap.
Setelah mencapai usia 55 tahun, risiko stroke meningkat dua kali lipat setiap pertambahan usia 10 tahun. Dua pertiga kasus stroke diidap oleh mereka yang berusia 65 tahun.
Angka kematian stroke yang lebih tinggi banyak dijumpai pada golongan usia lanjut. Kondisi ini didukung oleh fakta bahwa umumnya kematian pada wanita akibat stroke lebih tinggi dibanding laki-laki karena umumnya wanita terserang stroke pada usia yang lebih tua.
b.      JENIS KELAMIN
Stroke lebih banyak dijumpai pada laki-laki. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa laki-laki lebih berisiko terserang stroke dibandingkan wanita. Namun, kematian akibat stroke lebih banyak dijumpai pada wanita disbanding laki-laki karena umumnya wanita terserang stroke pada usia yang lebih tua.
Laporan American Heart Association Statistics Subcommittee and Stroke Statistics Subcommittee pada 2007 menyebutkan bahwa pada 2004 sekitar 61% kematian akibat stroke di Amerika menimpa kaum wanita. Masih belum jelas apakah penyebab kematian akibat stroke pada wanita yang lebih tinggi dibandingkan laki-laki diakibatkan proses penuaan (degeneratif) atau karena pengaruh hormon pascamenopause.
Meskipun demikian, keterkaitan faktor hormon pasamenopause didukung oleh penelitian dari Women`s Health Initiative yang dimuat dalam jurnal yang sama, yang melibatkan sekitar 16.608 responden. Penelitian tersebut mengungkap bahwa pemakaian hormon estrogen dan progesterone pada wanita pascamenopause meningkat risiko terjadinya stroke tipe iskemik sebesar 44%. Namun tidak berpengaruh terhadap stroke tipe pendarahan.

c.       RIWAYAT KELUARGA
Faktor genetik di dalam keluarga juga merupakan factor risiko stroke. Beberapa penyakit seperti DM dan hipertensi diketahui dapat diturunkan secara genetic dari seseorang kepada keturunannya. Dua penyakit tersebut merupakan factor risiko stroke yang masih dapat dikontrol dengan pengobatan yang teratur dan menerapkan pola hidup sehat.
Selain itu, pola makan yang tidak sehat dalam satu keluarga, seperti kebiasaan mengonsumsi makanan yang tingkat kadar kalori, garam dan lemak diketahui meningkatkan risiko terjadinya stroke. Biasanya pola makan orangtua yang tidak sehat ini diikuti oleh anak-anak hingga mereka beranjak dewasa.
Fakta yang dikemukakan diatas mengingatkan kita akan pentingnya konsultasi dan pemeriksaan kesehatan pranikah. Langkah ini dilakukan guna membangun generasi baru yang sehat dan berkualitas. Sekuat mungkin, pilihlah calon pendamping hidup yang sehat. Selain itu, jangan ragu untuk berkomunikasi dengan dokter anda jika calon pendamping hidup anda ternyata mengidap penyakit kronis tertentu atau memiliki riwayat kesehatan keluarga dengan penyakit kronis tertentu.
Selain itu, para orangtua jiga perlu menyadari bahwa mereka merupakan panutan bagi anak-anak, termasuk dalam hal kebiasaan mengonsumsi makanan dan minuman tertentu. Oleh karena itu, pastikan setiap hari anda hanya mengonsumsi dan menyajikan makanan dan minuman yang halal, sehat, dan bergizi seimbang bagi keluarga anda.
            Jangan pula membiasakan merokok didepan anak-anak anda, kecuali jika anda memang menginginkan mereka mengikuti kebiasaan buruk merokok dikemudian hari. Kebiasaan merokok dirumah juga akan merugikan anak-anak dan istri anda karena mereka menjadi perokok pasif. Kerugian tak hanya dari sisi kesehatan, tetapi juga ekonomi. Dampak buruk ini bisa terhenti manakala anda memutuskan untuk berhenti dari kecanduan tembakau.

d.      RAS atau ETNIS
Insidensi dan kematian akibat stroke di Amerika Serikat lebih tinggi pada kelompok ras Afro-Amerika dibandingkan ras Eropa-Amerika. Namun, di Indonesia pengaruh perbedaan faktor ras terhadap stroke tidak diketahui secara pasti.
            Selain ras, faktor kewilayahan merupakan fakta menarik lain yang dapat kita kaji mengenai stroke di Amerika Serikat. Di negeri Paman Sam ini, diketahui bahwa insidensi stroke didaerah Tenggara Timur lebih tinggi dibandingkan Tenggara Barat Amerika. Fenomena ini dikenal dengan istilah “SABUK STROKE” di Amerika Serikat. Fenomena sabuk stroke kini diketahui berkaitan dengan pola makan yang tidak sehat, yakni tingginya kadar garam pada masyarakat didaerah Tenggara Timur Amerika Serikat.


 FAKTOR RISIKO STROKE YANG DAPAT DIUBAH
A.     HIPERTENSI
Tekanan darah yang optimal memungkinkan terjadinya aliran darah yang memasok oksigen, glukosa, hormon, mineral, maupun pelbagai nutrisi penting bagi seluruh jaringan tubuh, termasuk otak.
Tekanan darah terdiri atas dua parlementer, yakni:
1.      Tekanan darah sistolik, merupakan tekanan yang dihasilkan ketika jantung berkontraksi memompa darah keseluruh tubuh;
2.      Tekanan darah diastolic, menunjukkan tekanan ketika jantung dalam kondisi relaksasi (istirahat).
Tekanan darah dapat diukur menggunakan alat manometer atau tensimeter, baik manual maupun otomatis. Tekanan darah yang dapat optimal bagi orang dewasa adalah 120/80 mmHg. Angka 120 mmHg menunjukkan tekanan darah sistolik, sedangkan angka 80 mmHg menunjukkan tekanan darah diastolik.
Pada kondisi tertentu, tekanan darah dapat meningkatkan melebihi batas normal. Kondisi ini dikenal sebagai hipertensi. Hipertensi yang berlangsung dalam jangka waktu lama dan tidak diobati berisiko menimbulkan pelbagai penyakit seperti kegagalan jantung kongestif, kelainan saraf mata, gagal ginjal maupun stroke.
Orang dewasa memiliki tekanan darah dalam batas normal, yakni 120/80 mmHg, memiliki risiko stroke 50% lebih rendah dibandingkan penderita hipertensi. Oleh karena itu, pemeriksaan tekanan darah dan pengobatan hipertensi secara teratur dapat menurunkan risiko terjadinya stroke.
 Mereka yang tidak mengidap hipertensi dianjurkan memeriksakan tekanan darahnya kedokter sekurang-kurangnya 6 bulan sekali. Sedangkan, bagi mereka yang diketahui mengidap hipertensi perlu mengontrol tekanan darahnya minimal sebulan sekali ke dokter. Selain itu, patuhi aturan minum obat anti hipertensi agar terhindar dari pelbagai penyakit, seperti stroke. Penerapan pola hidup yang sehat juga akan menghindarkan anda dari stroke.
B.      MEROKOK
Merokok merupakan kebiasaan sekaligus gaya hidup yang berdampak buruk bagi kesehatan. Asap meroko mengandung beberapa zat berbahaya yang sering disebut sebagai oksidator. Zat oksidator ini menimbulkan kerusakan pada dinding arteri. Dinding arteri yang rusak akibat asap rokok aka menjadi lokasi penimbunan lemak, sel trombosit, kolestrol, dan terjadi penebalan lapisan otot polos dinding arteri. Kondisi ini disebut sebagai aterotrombotik.
Aterotrombotik menyebabkan diameter rongga arteri menyempit. Selain itu, aterotrombotik biasanya juga menyebabkan kerapuhan dinding pembuluh arteri. Aterotrombosit menyebabkan aliran darah ke beberapa organ tubuh, termasuk otak, tersumbat dan berisiko menimbulkan stroke.
Selain itu, kebiasaan merokok dapat meningkatkan risiko terjadinya penyakit jantung, kanker paru-paru, gangguan kehamilan, disfungsi seksual dsb. Rokok menimbulkan efek kecenderuan, ketika sekali anda memulai kebiasaan buruk merokok, anda berpeluan besar terjerat oleh efek nikotin dan sulit meninggalkan kebiasaan buruk ini dikemudian hari.
Kebiasaan merokok amat merugikan kesehatan individu maupun lingkungan disekitarnya. Seorang apak yang menjadi perokok aktif, menularkan dampak buruk dari asap rokok yang dihisapnya kepada istri dan anak-anaknya yang tidak merokok. Mereka kerap disebut sebagai perokok pasif yang berisiko mengidap pelbagai macam penyakit sebagaimana perokok aktif.
Jumlah populasi perokok aktif terus meningkatkan di sejumlah Negara, terutama dinegara miskin dan berkembang, termasuk di Indonesia. Badan Kesehatan seDunia (WHO) menyatakan bahwa Indonesia memiliki populasi perokok terbanyak ketiga di kawasan Asia yang mencapai 146.860.000 jiwa. Jumlah perokok yang besar ini memberi konsekuensi tingginya jumlah konsumsi rokok di Indonesia. Menurut bank dunia, jumlah konsumsi rokok di Indonesia sekitar 6,6% dari seluruh konsumsi rokok didunia.
Lebih jauh, beberapa penelitian kesehatan masyarakat menunjukkan bahwa mayoritas perokok di Indonesia berasal dari keluarga miskin. Penelitian FKM UI mengungkapkan bahwa masyarakat miskin menghabiskan tidak kurang dari 30% pendapatannya untuk membeli rokok. Alokasi dana membeli rokok bagi keluarga miskin ini menempati urutan kedua, setelah alokasi dana untuk membeli beras. Artinya, alokasi dana untuk membeli rokok mengalahkan prioritas anggaran untuk kesehatan maupun pendidikan.
Fakta bahwa rokok menyedot anggaran yang sangat besar dari keluarga miskin membuat sebagian ahli ekonomi dan kesehatan masyarakat agar program Bantuan Langsung Tunai (BLT) bagi masyarakat miskin yang digulirkan pemerintah Soesilo Bambang Yudoyono dan Juyuf Kalla (SBY-JK) beberapa waktu lalu segera dihentikan karena dinilai tidak tepat sasaran. Pemerintah SBY-JK dinilai secara tidak langsung memfasilitasi kebiasaan buruk merokok keluarga miskin.
Penting pula diketahui bahwa dampak negative rokok akan sangat bergantung pada beberapa banyak jumlah rokok yang dihisap seseorang perhari, dan beberapa kebiasaan buruk tersebut berlangsung. Artinya, semakin mudah usia seseorang mulai merokok,serta semakin banyak jumlah rokok yang dikonsumsi perhari, maka risiko terserang beberapa penyakit, termasuk stroke, semakin besar.
Mereka yang tergolong perokok berat yakni konsumsi rokok lebih dari 40 batang rokok perhari memiliki risiko relative terserang stroke 2 kali lipat dibandingkan perokok ringan, yakni konsumsi kurang dari 10 batang perhari. Risiko ini menurun secara drastis jika kebiasaan merokok dihentikan selama dua tahun. Selain itu, jika mereka tidak lagi merokok  hingga 5 tahun kedepan, risiko terjadinya stroke menjadi sama dengan mereka yang bukan perokok (American Health Association Statistics Subcommittee and Stroke Statistics Subcommittee, 2007).
C.      PENYAKIT JANTUNG
Jenis penyakit atau kelainan jantung yang meningkatkan risiko stroke adalah aritmia jantung. Aritmia merupakan kelainan yang ditandai oleh detak jantung yang tidak teratur. Kelainan detak jantung ini berpotensi menimbulkan suatu bekuan sel trombosit. Yang dapat bermigrasi dari jantung dan menyumbat arteri di otak, menimbulkan stroke tipe iskemik tromboemboli.
Penderita Aritmia perlu mendapatkan pengobatan yang tepat guna menekankan risiko terjadinya stroke. Berkonsultasilah pada dokter ahli jantung atau dokter keluarga anda. Patuhilah jadwal minum obat anti aritmia anda agar risiko terjadinya stroke dapat ditekan.
D.     DIABETES MELLITUS
DM tipe 2 merupakan penyakit metabolisme yang ditandai dengan ketidakmampuan hormon insulin mengontrol kadar gula darah (glukosa) dalam batas normal. Beberapa parlementer yang digunakan untuk pengukuran glukosa pasien yang diduga mengidap DM tipe 2 diantaranya :
1.      Kadar Glukosa Puasa;
2.      Kadar Glukosa 2 jam setelah makan (postprandial);
3.      Kadar Glukosa Sewaktu.
Jika kadar glukosa penderita melebihi batas normal dari ketiga parlementer diatas, besar kemungkinan penderita mengidap Diabete tipe 2 dan perlu diobati untuk mengontrol kadar glukosanya dalam batas normal.
Sebagaimana kita ketahui, kadar glukosa didalam darah dikendalikan dalam batas normal beberapa hormon antara lain insulin yang dihasilkan oleh sel ẞ pankreas. Selain insulin, beberapa hormon lain seperti ACTH juga berperan dalam mengatur kadar glukosa ini.








DAFTAR PUSTAKA

Ginanjar Wahyu, Genis dr.,2009. STROKE hanya menyerang orangtua ? Yogyakarta : PT. Bentang Pustaka

MAKALAH PSIKOLOGI KESEHATAN

MAKALAH PSIKOLOGI KESEHATAN
 
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas rahmat dan petunjuknya sehingga makalah “PSIKOLOGI kes” dapat diselesaikan sebagai mana mestinya meskipun dalam bentuk yang sederhana dan masih terdapat kekurangan yang masih memerlukan perbaikan seperlunya.
Kami menyadari sepenuhnya bahwa penyelesaian makalah ini tidak dapat kami selesaikan tanpa adanya bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu patutlah kiranya kami sampaikan rasa syukur dan ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu.



                                                                                    Makassar, 2011

                                                                        Hj. Siti Hardiyanti Baharuddin





BAB 1
PENDAHULUAN
A.     LATAR BELAKANG
Psikologi Kesehatan dikembangkan untuk memahami pengaruh  psikologis terhadap bagaimana seseorang menjaga dirinya agar tetap sehat, dan mengapa mereka menjadi sakit dan untuk menjelaskan apa yang mereka lakukan saat mereka jatuh sakit. Selain mempelajari hal-hal tersebut di atas, psikologi kesehatan mempromosikan intervensi untuk membantu orang agar tetap sehat dan juga mengatasi kesakitan yang dideritanya.
Psikologi kesehatan tidak mendefinisikan sehat sebagai tidak sakit. Sehat dilihat sebagai pencapaian yang melibatkan keseimbangan antara kesejahteraan fisik, mental dan sosial. Psikologi kesehatan mempelajari seleruh aspek kesehatan dan sakit sepanjang rentang hidup. Psikologi kesehatan fokus pada pemeliharaan dan peningkatan kesehatan, seperti bagaimana mendorong anak mengembangkan kebiasaan hidup sehat, bagaimana meningkatkan aktivitas fisik, dan bagaimana merancang suatu kampanye yang dapat mendorong orang lain memperbaiki pola makannya, maupun kesehatan mental remaja.
Bila dilihat dari sudut terminology maka kata psikologi terdiri dari dua macam kata yakni psyche berarti jiwa dan logos yang kemudian menjadi logi berarti ilmu. Maka kata psikologi berarti ilmu pengetahuan tentang jiwa, tidak terbatas pada jiwa manusia saja akan tetapi termasuk juga jiwa binatang dan sebagainya.
Seperti yang kita lihat, renovasi-renovasi didalam pendekatan-pendekatan memiliki reaksi yang keras terhadap disiplin psikologi sendiri. Karena adanya minat terhadap bidang baru ini, suatu displin baru muncul; Psikologi Kesehatan. Stone (1991) meringkaskan tahun-tahun pertama kemunculan ini. Psikologi kesehatan ini diakui oleh “American Psychological Association” tahun 1978. Lima tahun kemudian di tahun 1982, “The Interamerican Congress of Psychology” di Quito, Ecuador, mencurahkan perhatian sebagian besar dari program ini untuk memperbaharui nama kegiatan ini dan pada pertemuan tersebut menekankan suatu “Task Force” pada Psikologi Kesehatan.
Simposium Internasional pertama tentang psikologi kesehatan diselenggarakan di La Habana, Cuba tahun 1984. Sejak itu telah banyak ketertarikan dunia luas pada konsep dan penerapan serta pengetahuan dan kemampuan psikologi untuk masalah-masalah sistem kesehatan.
Sesuai dengan kebanyakan organisasi psikologi kesehatan (Vinck, 1991), sebagian besar menggunakan defenisi psikologi kesehatan diusulkan oleh Joseph Matarazzo in 1980. Walaupun defenisi ini diusulkan hampir 10 tahun yang lalu, defenisi ini masih tetap actual dan digunakan didalam kebanyakan literature (Feuerstein, 1986; Rodin & Salovey, 1989; Sarafino, 1990; Snyder & Forsyth, 1991, Schmidt dkk, 1990; Stone, 1991; Taylor, 1991).
Defenisi ini mencakup hal-hal sebagai berikut :
1.      Psikologi Kesehatan menyangkut bagian khusus dari bidang ilmiah psikologi yang memfokuskan pada studi perilaku yang memiliki kaitan dengan kesehatan dan penerapan dari kesehatan ini.
2.      Penekanan pada peran perilaku yang normal di dalam mempromosikan kesehatan pada level mikro, meso, dan makro, dan menyembuhkan penyimpangan kesehatan.
3.      Banyak bidang psikologi yang berbeda dapat memberikan sumbangan kepada bidang psikologi kesehatan.

B.      RUMUSAN MASALAH
1.      Jelaskan tentang Pendekatan Psikosomatik dalam Psikologi Kesehatan ?
2.      Apa hubungan antara pikiran, perilaku dan penyakit ?
3.      Apa hubungan antara Kepribadian, Perilaku dan Kesehatan ?
4.      Jelaskan apa yang dimaksud dengan Intervensi dan Pencegahan dalam Perspektif psikologi kesehatan ?

BAB II
PEMBAHASAN
1.      PENDEKATAN PSIKOSOMATIK DALAM PSIKOLOGI KESEHATAN
Hubungan antara pikiran dan perilaku telah dibahas dalam bidang yang dinamakan psikosomatik, yang dalam ilmu kedokteran merupakan salah satu subspesialisasi ilmu penyakit dalam. Menurut pendekatan psikosomatik, gangguan psikologis yang spesifik akan menimbulkan penyakit spesifik pula. Misalnya, gangguan emosi seperti menekan rasa sedih dan keinginan menangis, dapat muncul dalam tekanan darah tinggi. Dalam pendekatan behavioral medicine dan psikologi kesehatan, tidak saja keadaan psikologi spesifik yang mempengaruhi tubuh dan penyakit, namun semua fungsi psikososial, misalnya kebiasaan makan yang kurang baik, merokok, dan gaya hidup penuh stress.pengertian psikosomatik sebagai gangguaan fisik yang disebabkan oleh faktor-faktor kejiwaan dan sosial.
Sumber itu menyatakan bahwa apabila seseorang mengalami emosi yang menumpuk dan memuncak maka hal itu dapat menyebabkan terjadinya goncangan dan kekacauan dalam dirinya. Jika faktor-faktor yang menyebabkan memuncaknya emosi itu secara berkepanjangan tidak dapat dijauhkan,  maka ia dipaksa untuk selalu berjuang menekan perasaannya.
Perasaaan tertekan, cemas, kesepian dan kebosanan yang berkepanjangan dapat mempengaruhi kesehatan fisiknya. Jadi Psikosomatik dapat disebut sebagai penyakit gabungan, fisik dan mental, yang dalam bahasa Arab disebut nafsajasadiyyah atau nafsabiolojiyyah.


2.      HUBUNGAN ANTARA PIKIRAN, PERILAKU DAN PENYAKIT

Pikiran adalah gagasan dan proses mental. Berpikir memungkinkan seseorang untuk merepresentasikan dunia sebagai model dan memberikan perlakuan terhadapnya secara efektif sesuai dengan tujuan, rencana, dan keinginan. Kata yang merujuk pada konsep dan proses yang sama diantaranya kognisi, pemahaman, kesadaran, gagasan, dan imajinasi.
Perilaku adalah sekumpulan perilaku yang dimiliki oleh manusia dan dipengaruhi oleh adat, sikap, emosi, nilai, etika, kekuasaan, persuasi, dan/atau genetika.
Penyakit adalah suatu keadaan abnormal dari tubuh atau pikiran yang menyebabkan ketidaknyamanan, disfungsi atau kesukaran terhadap orang yang dipengaruhinya. Untuk menyembuhkan penyakit, orang-orang biasa berkonsultasi dengan seorang dokter.
Hubungan antara pikiran, perilaku dan penyakit, ada yang langsung dan tidak langsung. Contoh hubungan langsung ialah pikiran tentang suatu respons psikofisiologis (memikirkan kejadian traumatic menyebabkan jantung berdebar, terlalu stress mempengaruhi sistem kekebalan tubuh). Contoh hubungan tak langsung antara lain kebiasaan dan gaya hidup seseorang.

3.      HUBUNGAN ANTARA KEPRIBADIAN, PERILAKU DAN KESEHATAN
Selain hubungan langsung dan tak langsung, terdapat pula kaitan antara faktor-faktor kepribadian dengan penyakit dan perilaku tak sehat. Kadang kepribadian merupakan akibat dari suatu penyakit. Misalnya, seorang penderita tekanan darah tinggi menjadi sangat hati-hati dalam memilih makanan untuk mencegah kambuh. Penyakit bias muncul akibat kepribadian. Misalnya, seorang yang selalu menunda pekerjaan sehingga akhirnya harus selalu begadang. Variabel biologi kepribadian, seperti tempramen juga menentukan perilaku dan dapat secara langsung berdampak pada system faali. Misalnya, tempramen pemarah mempengaruhi fungsi jantung.
Lazarus (1994) membahas adanya 4 jenis penyakit yang diduga berkaitan dengan emosi yang menimbulkan keadaan tak senang (distressing) : emosi marah, iri, cemburu, cemas, bersalah, malu, sedih dan berharap. Penyakit-penyakit itu adalah psikosomatik, infeksi, jantung kroner dan kanker.
Friedman dan Roseman telah melakukan penelitian terhadap penderitaan penyakit jantung koroner, dan menemukan bahwa tipe kepribadian A merupakan predisposisi terhadap penyakit jantung koroner (coronary heart disease/CHD). Ciri-ciri orang dengan kepribadian tipe A ialah : selalu terburu-buru, ingin melakuakan sebanyak-banyaknya dalam waktu sesingkat-singkatnya (time urgency), rasa permusuhan (hostility), dan keinginan bersaing (competitiveness). Penelitian kemudian menunjukkan bahwa CHD lebih banyak berhubungan dengan stess kerja, dan kurang mampunya seorang dalam mengolah kemarahan. Emosi yang tidak menyenangkan tersebut dapat menimbulkan penyesuaian maladaptive (seperti merokok, makan banyak dll) dan memacu produksi hormon-hormon yang mempunyai daya kuat, dan dapat meningkatkan penyebab primer dari penyumbatan arteri (meningkatkan low density blood cholesterol). Selanjtnya emosi ini dapat mengakibatkan produksi hormon yang menurunkan jumlah sel daya tahan tubuh (limfosit). Ini yang memungkinkan terjadinya penyakit infeksi. Walaupun begitu, belum ada jawaban yang pasti tentang fungsi tubuh mana (hormon, sistem imun, dll) yang dipengaruhi oleh emosi (Lazarus & Lazarus, 1994).
4.      INTERVENSI DAN PENCEGAHAN DALAM PERSPEKTIF PSIKOLOGI KESEHATAN
Dalam bagian intervensi, untuk keperluan pencegahan dan promosi kesehatan perlu dilakukan teknik-teknik yang kebanyakan berasal dari pendekatan belajar. Teknik-teknik ini antara lain : kondisioning responden, extinction, relaksasi, kondisioning operan, biofeedback, strategi kognitif, metode pengelolaan diri (self-management). Pemberian dukungan sosial juga sangat penting untuk mempertahankan dan mempromosikan kesehatan.
Upaya mengurangi perilaku yang mengandung risiko menimbulkan penyakit dan upaya mengikuti dan mempertahankan perawatan dan pengobatan agar penyakit tidak kambuh atau menjadi makin parah, merupakan tujuan dari kegiatan pencegahan. Diantaranya adalah makan makanan sehat, latihan fisik dan mengurangi stress. Yang dimaksud dengan makanan sehat ialah keseimbangan dalam gizi (4 sehat 5 sempurna), mengurangi makanan yang mengandung MSG, atau makanan yang mengandung pengawet, membatasi konsumsi lemak dll. Latihan fisik ialah olahraga secara teratur untuk menghindari kegemukan, osteoporosis pada wanita pascamenopause, dan mempertahankan kebugaran pada umumnya.
Hidup dengan mengatur jumlah stress yang terjadi, juga perlu diperhatikan. Rekreasi, liburan, bergembira adalah hal-hal yang diperlukan bagi orang-orang yang selalu bekerja keras. Kegiatan-kegiatan diatas dapat menjaga kesehatan fisik dan mental.
Pencegahan juga dilakukan dengan cara pemeriksaan, yang kadang menyakitkan. Misalnya, pemeriksaan kemungkinan penyakit kanker payudara, endoskopi (memasukkan alat dalam sistem pencernaan untuk melihat ada tidaknya luka dalam sistem pencernaan). Mempersiapkan pasien untuk kooperatif terhadap proses di atas juga merupakan salah satu kegiatan preventif psikologi kesehatan. Demikian juga mempersiapkan penderita untuk menuruti nasihat dokter. Upaya untuk membina hubungan dokter-pasien seperti ini merupakan prevensi tersier dalam psikologi kesehatan.
Tujuan memperoleh kesehatan yang baik (good health) dikemukakan dalam bagan berikut ini melalui tingkat kesehatan yang tinggi (high level of wellness) yang dicapai melalui pendidikan, pertumbuhan dan aktualisasi diri. Bila hal tersebut dilalaikan akan timbul keluhan-keluhan, ketidakmampuan, bahkan kematian premature.


BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
A.     KESIMPULAN
1.      Menurut pendekatan psikosomatik, gangguan psikologis yang spesifik akan menimbulkan penyakit spesifik pula. Misalnya, gangguan emosi seperti menekan rasa sedih dan keinginan menangis, dapat muncul dalam tekanan darah tinggi. Dalam pendekatan behavioral medicine dan psikologi kesehatan, tidak saja keadaan psikologi spesifik yang mempengaruhi tubuh dan penyakit, namun semua fungsi psikososial, misalnya kebiasaan makan yang kurang baik, merokok, dan gaya hidup penuh stress.pengertian psikosomatik sebagai gangguaan fisik yang disebabkan oleh faktor-faktor kejiwaan dan sosial.

2.      Hubungan antara pikiran, perilaku dan penyakit, ada yang langsung dan tidak langsung. Contoh hubungan langsung ialah pikiran tentang suatu respons psikofisiologis (memikirkan kejadian traumatic menyebabkan jantung berdebar, terlalu stress mempengaruhi sistem kekebalan tubuh). Contoh hubungan tak langsung antara lain kebiasaan dan gaya hidup seseorang.

3.      Kaitan antara faktor-faktor kepribadian dengan penyakit dan perilaku tak sehat. Kadang kepribadian merupakan akibat dari suatu penyakit. Misalnya, seorang penderita tekanan darah tinggi menjadi sangat hati-hati dalam memilih makanan untuk mencegah kambuh. Penyakit bias muncul akibat kepribadian. Misalnya, seorang yang selalu menunda pekerjaan sehingga akhirnya harus selalu begadang. Variabel biologi kepribadian, seperti tempramen juga menentukan perilaku dan dapat secara langsung berdampak pada system faali. Misalnya, tempramen pemarah mempengaruhi fungsi jantung.

4.      Dalam bagian intervensi, untuk keperluan pencegahan dan promosi kesehatan perlu dilakukan teknik-teknik yang kebanyakan berasal dari pendekatan belajar. Teknik-teknik ini antara lain : kondisioning responden, extinction, relaksasi, kondisioning operan, biofeedback, strategi kognitif, metode pengelolaan diri (self-management). Pemberian dukungan sosial juga sangat penting untuk mempertahankan dan mempromosikan kesehatan.

B.      SARAN
Semoga makalah ini dapat bermanfaat dan dapat bersifat membangun bagi pembaca pada umumnya. Dan penulis juga menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu saran dan kritik yang membangun sangat dibutuhkan untuk menyempurnakan makalah ini.












DAFTAR PUSTAKA
Luk Lukaningsih, Zuyina dan Siti Bandiyah, 2011, Psikologi Kesehatan, Nuha Medika : Yogyakarta
Marhayati M.Si, Nelly, 2008, Kesehatan Mental Remaja